Berjilbab Tapi Telanjang
"Hari gini kalo gak GAUL ketinggalan zaman" ,....itulah perkataan anak muda
sekarang mau laki-laki atau perempuan.. kalo laki-laki dari penampilan yang berubah sih tak papa-apa tapi kalo perempuan hmm..bisa jadi sorotan orang
apalagi pake jilbab tapi kok keliatan dalemannya ..maaf..daerah sensitifnya
terutama bagian yang atas. Lebih-lebih kalo pake celana jeans ketat atau
legging ketat yang membentuk sesuai bentuk paha dan pinggulnya
..aduhai..mengundang syahwat..Maasya Allah..(jaga iman mu broo...woles.:)
Sebenarnya apa sih yang muncul di benak
anak cewek sekarang ya..?? mau pake jilbab tapi pengennya jilbab gaul ..malah
kalo dulu ada istilah atas kerudung bawah warung..."maaf bukan menyindir
ya.." .Tapi terbukti nih di situs media sosial atau di blog orang yang
tidak bertanggung jawab yang memunculkan foto syur cewek yang pake jilbab
sedang berbuat tidak senonoh..na'udzu billah..Ane mau tanya nih sama perempuan
sekarang. Terserah jawabannya mau positif apa negatif tapi jawablah dengan
jujur dan hati nurani anda sebagai perempuan yang seharusnya menjaga
kehormatan.
1. Apakah anda bangga memakai jilbab gaul
yang hanya menutupi kepala saja, namun bagian sensitif anda yang lain sangat
mengundang syahwat ? Termasuk ane juga nih gak munafik kalo liat begituan mah
ya.. geleng-geleng kepala ..eits cukup sekali aja.lalu alihkan pandangan ke arah
lain..
2. Apakah anda tidak meras risih dengan
penampilan anda yang seperti itu ?
3. Apakah anda tidak takut digoda para
penjahat wanita di luaran sana ? ..."...bisa jadi pacar anda juga
loh..hati-hati ya..!"
4. Apakah anda memakai jilbab hanya
sebagai syarat semata? misal nih..di sekolahan diwajibka npake jilbab, atau di
tempat kerja ceweknya pake jilbab semua, lalu anda rikuh kalo gak pake jilbab.
Ane merasa sangat prihatin kalo generasi
perempuan sekarang jilbab nya masih seperti itu.. Padahal ane berharap semua
perempuan di dunia itu kelak akan jadi BIDADARI ANE DI SURGA ..Subhanallooh..Seandainya
bisa begitu ya...Maka Ingatlah bahwa aurat anda itu bukan hanya kepala saja
tapi seluruh badan perempuan itu aurat kecuali wajah dan telapak tangan.
mari kita simak dalil ayau al-Qur'an
tentang aurat..
“Dan katakanlah kepada
perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada
memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka
memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan
hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan
janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami
mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau
anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi
saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang
perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang
gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada
perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan;
dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang
tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.” (An Nur:31)
Yang dimaksudkan (janganlah mereka menampakkan
perhiasannya), adalah "Janganlah
mereka menampakkan tempat-tempat (anggota tubuh) yang di situ dikenakan
perhiasan". [Lihat Abu Bakar Al
Jashshash, Ahkamul Qur`an, Juz III hal.316]. Selanjutnya, kalimah (kecuali yang
- biasa - nampak darinya), ini bermaksud ada anggota tubuh yang boleh
dinampakkan iaitu wajah dan kedua telapak tangan. Demikianlah pendapat
sebahagian sahabat, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan juga Aisyah.
Ibnu Jarir At Thobari (wafat 310H) menjelaskan
dalam kitab tafsirnya, Jami' Al
Bayan fi Tafsir Al Qur`an Juz
XVIII ms 84, mengenai apa yang dimaksudkan “kecuali yang (biasa) nampak darinya
(illaa maa zhahara minha)”, katanya, pendapat yang paling mendekati kebenaran
adalah yang dimaksudkan (dalam ayat di atas) adalah wajah dan dua telapak
tangan.
Pendapat yang sama dinyatakan Imam Al Qurtubi
dalam kitab tafsirnya Al Jami' li Ahkam Al Qur’an, Juz XII hal. 229. Jadi, apa
yang biasa nampak darinya adalah wajah dan dua telapak tangan sebab kedua
anggota tubuh inilah yang biasa nampak dari kalangan Muslimah di hadapan Nabi
S.A.W sedangkan Baginda mendiamkannya. Kedua anggota tubuh ini pula yang nampak
dalam ibadah-ibadah seperti haji dan solat dan biasa terlihat di masa
Rasulullah iaitu di masa masih turunnya ayat Al Quran.
Dalil lain yang menunjukkan bahawasanya seluruh
tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan dua telapak tangan ialah sabda
Rasulullah kepada Asma’ binti Abu Bakar (maksudnya), “Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila
telah baligh (haidh) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini
dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya” - HR Abi Dawud
Aurat Wanita dalam Hayaatul
‘Am (Kehidupan Umum / Public
Life)
Yang dimaksudkan dengan hayaatul ‘am adalah keadaan di mana wanita itu berada di luar dari kawasan rumahnya
di mana mereka bercampur dengan masyarakat. Pakaian wanita dalam kehidupan umum
iaitu di luar rumahnya terdiri dari dua jenis iaitu :
- libaas asfal (baju bawah) yang disebut dengan jilbab, dan;
- libaas ‘ala (baju atas) iaitu khimar (tudung).
Dengan dua pakaian inilah seseorang wanita
itu boleh berada dalam kehidupan umum seperti di jalanan, di pasar-pasar, pasar
raya, kampus, taman-taman, dewan orang ramai dan seumpamanya. Dalil wajib
memakai jilbab bagi wanita adalah berdasarkan firman Allah :
“Wahai Nabi, suruhlah
isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang
beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa
mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah)
Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Al Ahzab:59)
Oleh sebab Al Quran berbahasa Arab, dan
perkataan “jilbab” itu adalah perkataan Arab, maka kita hendaklah
memahami apakah yang dimaksudkan “jilbab” di dalam bahasa Arab. Dengan kata lain, kita hendaklah
memahami dan mengikuti apakah yang orang Arab faham bila disebut jilbab. Maka
inilah pakaian yang diperintahkan oleh Allah kepada perempuan. Di samping itu,
perincian tentang pakaian ini telah pun dijelaskan di dalam banyak hadis sahih
yang wajib diikuti oleh setiap orang.
Jadi, apakah makna jilbab itu? Selain dari
melihat sendiri kepada nas-nas hadis tentang pakaian yang dipakai Muslimah
semasa zaman Rasulullah, kita juga boleh merujuk kepada banyak kamus Arab untuk
mengetahui makna “jilbab”. Dalam kitab Al Mu’jam Al Wasith karya Dr. Ibrahim
Anis [Kaherah: Darul Maarif ms 128], jilbab diertikan sebagai "ats tsaubul musytamil ala al jasadi
kullihi" (pakaian yang
menutupi seluruh tubuh), atau "ma
fauqa ats tsiyab kal milhafah" (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah
(seperti jubah), atau "al
mula’ah asy tamilu biha al mar’ah" (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita).
Berdasarkan pengertian ini, jelaslah bahawa yang
diwajibkan ke atas wanita adalah mengenakan pakaian yang satu (sekeping) yang
lurus dari atas hinggalah ke bawah, yakni hingga ke mata kaki. Maksud milhafah/ mula’ah (Arab) adalah pakaian yang dikenakan sebagai pakaian
luar lalu dilebarkan sehingga ke bawah hingga menutupi kedua mata kakinya.
Untuk pakaian atas, wanita disyariatkan/ diwajibkan memakai “khimar” iaitu
tudung atau apa sahaja bahan/ kain yang serupa dengannya yang berfungsi
menutupi seluruh kepala, leher, dan lubang leher baju di dada.
Dalil mengenai wajibnya mengenakan pakaian
bahagian atas (khimar/ tudung) adalah Firman Allah (bermaksud), “Hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dada
mereka” (An Nur:31)
Pakaian jenis ini (jilbab dan khimar) wajib
dipakai oleh seorang Muslimah (yang telah baligh) apabila hendak keluar menuju
ke pasar-pasar atau berjalan melalui jalanan umum. Setelah memakai kedua jenis
pakaian ini (jilbab dan khimar) maka barulah dibolehkan baginya keluar dari
rumahnya menuju ke kehidupan 'am tanpa sebarang dosa. Jika tidak, maka dia
tidak boleh (haram) keluar dari rumah kerana perintah yang menyangkut kedua
jenis pakaian ini datang dalam bentuk yang umum, dan tetap dalam keumumannya
dalam semua keadaan.
Mana-mana wanita yang telah baligh dan melanggar
ketetapan Allah ini, maka berdosalah mereka dan layak mendapat seksa Allah di
akhirat nanti.
Pakaian wanita dalam
Hayatul Khassah (Kehidupan Khusus / private life)
Yang dimaksudkan dengan hayatul khassah adalah
keadaan di mana seseorang wanita itu menjalani kehidupannya di rumahnya bersama
dengan anggota keluarganya yang lain. Adapun cara seorang Muslimah menutupi
auratnya di hadapan lelaki ajnabi dalam kehidupan khusus seperti di rumahnya
atau di dalam kenderaan peribadi, syara' tidak menentukan bentuk/ fesyen
pakaian tertentu tetapi membiarkan secara mutlak tanpa menentukannya dan cukup
dengan mencantumkan lafaz dalam firman-Nya yang berbunyi, “wa laa yubdiina” (“dan janganlah mereka menampakkan”) [rujuk Surah An Nur:31]
Atau sabda Nabi, “lam yashluh an yura minha” (“tidak boleh baginya
menampakkan tubuhnya”) - HR Abi
Dawud
Jadi, pakaian yang menutupi seluruh auratnya
kecuali wajah dan telapak tangan dianggap sudah menutupi, walau bagaimana pun
bentuknya. Tetapi ia adalah tertakluk kepada hukum tabarruj (sila lihat
perbincangan di bawah).
Berdasarkan hal ini maka setiap bentuk dan jenis
pakaian yang dapat menutupi aurat iaitu yang tidak menampakkan aurat dianggap sebagai
penutup bagi aurat secara syar'ie, tanpa melihat lagi bentuk, jenis, atau
fesyennya. Namun demikian syara' telah mensyaratkan dalam berpakaian agar
pakaian yang dikenakan dapat menutupi kulit. Jadi pakaian wajib dapat menutupi
kulit sehingga warna kulitnya tidak diketahui. Jika tidak demikian, maka tidak
dikatakan menutup aurat. Oleh kerana itu apabila kain penutup itu tipis/
transparent sehingga nampak warna kulitnya dan dapat diketahui sama ada
kulitnya berwarna merah atau coklat, maka kain penutup seperti ini tidak boleh
dijadikan penutup aurat dan haram hukum memakainya.
Larangan Bertabarruj
Adapun dalil tentang larangan bertabarruj adalah
juga dari Surah An Nur:60 Yaitu Firman Allah :
“Dan perempuan-perempuan tua
yang telah terhenti [dari haid dan mengandung] yang tiada ingin kawin (lagi),
tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud)
menampakkan perhiasan (tabarruj), dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (An Nur:60)
Mafhum muwafaqah (yang disepakati) dari ayat ini adalah jika perempuan
tua yang telah putus haid haram menampakkan perhiasan iaitu bertabarruj, apatah
lagi perempuan yang masih muda, belum putus haid dan berkeinginan
berumahtangga, tentulah lebih lagi. Dalil lain ialah :
“Dan hendaklah kamu tetap diam
di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh
orang-orang Jahiliyah zaman dahulu; dan dirikanlah sembahyang serta berilah
zakat; dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah
(perintahkan kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara
yang mencemarkan diri kamu – wahai “AhlulBait” dan hendak membersihkan kamu
sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji).” (Al Ahzab:33)
Dan Hadis Rasulullah riwayat dari Bazzar
dan At Termizi menjelaskan, “Sesungguhnya
wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar, syaitan akan
memperhatikannya”.
Abul A’la al Maududi berkata; “Jika kalimat
tabarruj dipergunakan kepada kaum wanita, ia bermakna :
- Wanita yang menunjukkan kecantikan wajahnya, daya
tarik tubuhnya kepada lelaki asing (yang bukan mahramnya);
- Wanita yang mendedahkan kecantikan pakaian dan
perhiasannya kepada lelaki asing; dan memperlihatkan dirinya, make-upnya,
gerak-gerinya dan kemegahannya. Selain memastikan pakaiannya tidak nipis,
jarang, longgar, tidak memakai perhiasan yang menarik perhatian lelaki
ajnabi, tidak menyerupai pakaian lelaki atau orang kafir / musyrik,
pakaiannya yang bukan melambangkan kemegahan, dia juga tidak boleh tampil
dengan haruman semerbak. "Sesiapa jua wanita yang memakai
minyak wangi kemudian melintasi khalayak ramai dengan tujuan dihidu bau
yang dipakainya, maka dia dikira berzina” [hadis dari Abu Musa
al-Asy’ari].
Kesimpulannya Jagalah kehormatan anda wahai para wanita..Berusahalah bagaimana memakai pakaian yang dapat menutup aurat yang tidak mengundang syahwat laki-laki, dan pakailah jilbab yang sesuai kaidah syari'ah diusahakan berwarna gelap..
Mohon maaf jika ada kekurangan atau kalimat yang menyinggung, kami hanya berbagi. Jika artikel ini bemanfaat sebarkanlah ke teman-teman anda yang lain.. Ok saya tunggu komennya..
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Berjilbab Tapi Telanjang. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://pakazi.blogspot.com/2015/04/berjilbab-tapi-telanjang.html. Terimakasih atas perhatiannya.