Sudah
Siapkan Anda Menyambut Ramadhan?
Persoalan
pertama Siapa yang tidak senang atua bahagia ketika mendengar bulan ramadhan
akan tiba?, tentunya kita sebagai seorang Muslim yang beriman pasti akan
menyambut kedatangannya dengan penuh sukacita karena ini adalah moment yang
tidak ada duanya, bulan dimana segala amalan akan dilipat gandakan baik amalan
wajib maupun sunnah, termasuk kmenahan diri dari hawa nafsu pun mendapat
ampunan dari Allah SWT, pintu surge terbuka lebar bagi yang bertaubat dan pintu
neraka ditutup bagi yang beriman sedangkan setan dibelenggu pada bulan ramadhan
ini. Namun bagaimanakah menyikapi rasa sukacita bahagia kita dalam menyambut
ramadhan?. Cenderung sebagian umat Islam banyak memanfaatkan moment ni dengan berbagai
cara, terutama ibu-ibu yang sangat sibuk memikirkan menu buka atau sahur atau
bahkan bagi pebisnis mereka sibuk menjual makanan berbuka atau sahur atau
bahkan pakaian muslim yang pasti banyak diserbu orang. Apakah itu yang
dikatakan menyambut bulan suci?.Bersyukurlah jika Anda tidak melulu memikirkan
keduniawian karena adakalanya hati atau iman kita perlu dicaharge ulang supaya
semakin hari semakin penuh dan tebal iman kita bkannya hanya memenuhi kebutuhan
perut dan pandangan matanya semata. Persoalan Kedua: sebagian yang lain sadar
akan hakekat puasa di bulan Ramadan, maka mereka mempersiapkan dirinya sejak
bulan Sya’ban. Bahkan ada yang telah mempersiapkan sebelum itu.
Di
antara persiapan yang terpuji untuk menyambut bulan Ramadan adalah :
1.
Bertaubat dengan jujur.
Taubat
pada dasarnya wajib setiap saat. Akan tetapi karena akan (menyambut) kedatangan
bulan yang agung dan barokah ini, maka lebih tepat lagi jika seseorang
segera bertaubat dari dosa-dosanya yang diperbuat kepada Allah serta
dosa-dosa karena hak-hak orang lain yang terzalimi. Agar ketika memasuki
bulan yang barokah ini, dia disibukkan melakukan ketaatan dan ibadah dengan
dada lapang dan hati tenang.
“Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
Dan
dari Al-Aghar bin Yasar radhiallahu
’anhu dari Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam,
beliau bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku
bertaubat (kepada Allah) dalam sehari seratus kali” (HR. Muslim, no. 2702)
2.
Berdoa.
Diriwayatkan
dari sebagian (ulama) salaf, bahwa mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan
agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadan, kemudian mereka berdoa lagi lima
bulan setelahnya semoga amalnya diterima. Seorang muslim hendaknya berdoa
kepada Tuhannya agar mendapatkan bulan Ramadan dalam keadaan baik, dari
sisi agama maupun fisik, juga hendaknya dia berdoa semoga dibantu dalam
mentaati-Nya serta berdoa semoga amalnya diterima.
3.
Gembira dengan semakin dekatnya kedatangan bulan yang agung ini.
Sesungguhnya
mendapatkan bulan Ramadan termasuk nikmat Allah yang agung bagi seorang hamba
yang muslim. Karena bulan Ramadan termasuk musim kebaikan, pintu-pintu surga
dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Ia adalah bulan Al-Qur’an serta bulan
terjadinya peperangan-peperangan yang sangat menentukan dalam (sejarah) agama
kita.
Allah
berfirman: “Katakanlah, 'Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan
itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 58)
4.
Menyelesaikan tanggungan (qadha) kewajiban puasa.
Dari
Abu Salamah, dia berkata, saya mendengar ‘Aisyah radhiallahu ’anha berkata: “Aku memiliki kewajiban
berpuasa dari bulan Ramadan lalu, dan aku baru dapat mengqadanya pada bulan
Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1849, dan Muslim, no. 1146)
Al-Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Dari keseriusan beliau
(mengqadha) pada bulan Sya’ban disimpulkan bahwa hal itu menunjukkan tidak
diperkenankan mengakhirkan qadha sampai memasuki bulan Ramadan berikutnya.” (Fathul
Bari, 4/191)
5.
Membekali diri dengan ilmu agar dapat mengenal hukum-hukum puasa dan mengetahui
keutamaan Ramadan.
6.
Segera menyelesaikan pekerjaan yang boleh jadi (jika tidak segera diselesaikan)
dapat mengganggu kesibukan ibadah seorang muslim di bulan Ramadan.
7.
Berkumpul bersama anggota keluarga, dengan istri dan anak-anak untuk
menjelaskan hukum-hukum puasa dan mendorong si kecil untuk berpuasa
8.
Mempersiapkan sejumlah buku yang layak untuk dibaca di rumah atau
menghadiahkannya kepada imam masjid agar di baca (di depan) jamaahnya pada
bulan Ramadan.
9.
Berpuasa pada bulan Sya’ban sebagai persiapan untuk berpuasa di bulan Ramadan.
Dari
‘Aisyah radhiallahu ’anha:
“Rasulullah sallallahu ’alaihi
wa sallam berpuasa sampai
kami mengatakan (mengira) dia tidak pernah berbuka. Dan (lain waktu) beliau
tidak berpuasa sampai kami mengatakan (mengira) dia pernah berpuasa. Dan aku
tidak melihat Rasulullah sallallahu
’alaihi wa sallam menyempurnakan
puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadan dan aku tidak melihat Rasulullahsallallahu
’alaihi wa sallam memperbanyak
berpuasa selain di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari, no. 1868, Muslim, no 1156)Dari
Usamah bin Zaid radhiallahu
’anhu, dia berkata: “Saya bertanya, Wahai Rasulullah saya tidak pernah
melihat anda berpuasa di antara bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa
pada bulan Sya’ban?” (Beliau) bersabda: “Itu adalah bulan yang sering diabaikan
orang, antara Rajab dan Ramadan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amal
(seorang hamba) kepada Tuhan seluruh alam. Dan aku senang saat amalanku
diangkat, aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Nasa’i, no. 2357, dinyatakan
hasan oleh Al-Albany dalam shahih Nasa’i).
Dalam
hadits di atas dijelaskan hikmah berpuasa pada bulan Sya’ban, yaitu bulan
diangkatnya amalan. Sebagian ulama menyebutkan hikmah lainnya, yaitu bahwa
puasa (pada bulan Sya’ban) kedudukannya seperti sunnah qabliyah dalam shalat fardhu. Agar jiwa merasa
siap dan bersemangat dalam menunaikan kewajiban. Demikianlah yang dikatakan
terhadap puasa di bulan Sya’ban sebelum Ramadan.
10.
Membaca Al-Qur’an.
Salamah
bin Kuhail berkata: Dahulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan bacaan
(Al-Qur’an).
Adalah
Amr bin Qais apabila memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya, lalu
berkonsetrasi membaca Al-Qur’an.
Abu
Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban
adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadan adalah bulan memanen
tanaman."
Dia
juga berkata: "Perumpamaan bulan Rajab bagaikan angin, sedangkan
perumpamaan Sya’ban bagaikan mendung dan perumpamaan Ramadan bagaikan hujan.
Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiram pada bulan
Sya’ban, bagaimana dia akan memanen di bulan Ramadan."
Kini
bulan Rajab telah berlalu, lalu apa yang akan anda kerjakan pada bulan Sya’ban
jika anda ingin bertemu dengan bulan Ramadan. Demikianlah halnya keadaan Nabi
anda dan salaf (pendahulu) umat ini di bulan yang barokah. Maka, dimana
posisi anda dari amalan dan derajat tersebut?
Semoga
dengan kedatangan bulan ramadhan ini memberikan asbab hidayah bagi kita
semuanya, karena salah satu cara yang paling mujarab adalah dengan
bertaubat..INSYA ALLOH
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Sudah Siapkah Anda Menyambut Ramadhan?. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://pakazi.blogspot.com/2015/06/sudah-siapkah-anda-menyambut-ramadhan.html. Terimakasih atas perhatiannya.