Alhamdulillah kita telah menginjak ke hari 17 di bulan Ramadhan ini, tak terasa kita melalui puasa ini dengan mengisi amalan-amalan ibadah. Saudaraku mari kita sama-sama mengingatkan kembali pedoman yang paling utama bagi umat islam adalah al-quran. Peristiwa tanggal 17 Ramadhan ini sangat istimewa sebagai bukti nyata kerasulan Muhammad SAW.
Ketika memasuki malam yang ke 17 di bulan Ramadhan
sebagian kaum muslimin dan masjid-masjid mulai diadakan peringatan turunnya
al-Quran pertama kali yang disebut malam peringatan Nuzulul Quran. Hal ini juga
‘terkesan’ dikuatkan dengan catatan kaki dalam “al-Quran dan Terjemahnya” surat adh-Dhukhan ayat 3 :
Sesungguhnya
kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan Sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan.
Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali
diturunkan. di Indonesia
umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Keyakinan ini bertentangan dengan firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:
“Sesungguhnya kami
Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”
Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan
malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena
pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.
Ayat diatas dengan jelas bahwa al-Quran diturunkan pada
malam kemulian (Lailatul Qadar) dan juga Terlihat jelas bahwa catatan kaki
untuk ayat di atas dalam “al-Quran
dan Terjemahnya” juga
menjelaskan bahwa malam permulaan turunnya al-Quran adalah pada malam tersebut.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, malam
dimana al-Quran itu turun ? apakah benar pada 17 Ramadhan seperti yang selama
ini oleh sebagian kaum muslimin Indonesia mempertingatinya ?
Nabi shallahu’alaihi
wa sallam pernah
mengabarkan kepada kita tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadar.
Beliau pernah bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10
hari terakhir bulan Ramadhan” (Hadits
Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Beliau shallahu’alaihi
wa sallam juga bersabda:
“Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir,
apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada
tujuh hari terakhir” (Riwayat
Bukhori dan Muslim)
Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi
pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21,
23, 25, 27 atau 29. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang
menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan.
Jika ada yang berargumen, “Tanggal 17 Ramadhan yang dimaksud adalah turunnya
al-Quran ayat pertama ke dunia kepada Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam yaitu surat
al-‘Alaq ayat 1-5, sedangkan Lailatul qadar pada surat al-Qadar adalah turunnya
al-Quran seluruhnya dari lauhul mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia !!?”.
Maka jawabnya: Benar, bahwa
turunnya al-Quran yaitu pada Lailatul qadar seperti yang tertuang dalam surat
al-Qadar adalah turunnya al-Quran dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit
dunia, dan setelah itu al-Quran diturunkan secara bertahap selama 23 tahun.
Seperti perkataan Ibnu Abbas radliyallahu’anhu dan yang lainnya ketika
menafsirkan QS. Ad-Dukhon ayat 3:
“Allah menurunkan al-Quran sekaligus daru Lauh Mahfudz ke
baitul izzah (rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya
secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” (Tafsir
Ibnu Katsir 8/441)
Tetapi apakah ini menjadikan bahwa benar nya pendapat
bahwa turunnya ayat pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5) kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah 17 Ramadhan ?? mari kita simak
pembahasan dibawah ini.
Pendapat bagus syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury di
Kitab Sirohnya tentang kapan awal permulaan wahyu
Dalam kitab siroh beliau, beliau menjelaskan bahwa memang
ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya
wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang
menyatakan pada tanggal 21. Beliau mengatakan:
“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal
21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab
semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat
bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada ahari senin, hal ini diperkuat oleh
riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu,
bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam pernah ditanya
tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,
“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula
turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”
Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan
dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”
Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi
4/286-300, Al-Hakim 2/602.
Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah
jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah
menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di
sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara
firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”,
dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada
hari senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin
dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya
beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh
Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan
Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)
Kesimpulan yang dapat diambil maksud di atas adalah :
1. Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar
bukan pada malam yang dikenal dengan malam ‘Nuzulul Quran’ yang bertepatan pada
tanggal 17 Ramadhan.
2. Lebih khusus lagi bahwa turunnya wahyu kepada
Rasulullah shalallallahu’alaihi wa sallam yang pertama adalah
21 Ramadhan, seperti pendapat syaikh Shafiyyurahman.
3. Peringatan Nuzulul Quran 17 Ramadhan dengan
dzikir tertentu dan bentuk pengajian khusus adalah bentuk peringatan yang tidak
pernah ada landasannya dari al-Quran dan Hadist Rasulullah shallahu’alaihi
wa sallam, sehingga termasuk dalam perkara bid’ah.
4. Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam
terakhir yang ganjil dibulan Ramadhan.
5. Peringatan lailatul qadar pada malam 27
Ramadhan (atau malam ganjil lainnya) dengan suatu pengajian khusus juga
merupakan bid’ah karena Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam tidak
pernah memperingatinya melainkan beliau shallahu’alahi wa sallam menghidupkan
malam tersebut dengan qiyamul lail dan memperbanyak doa.
6. Himbauan kepada para penanggung jawab “al-Quran
dan Terjemahnya” agar meluruskan catatan kaki atau takwil-takwil dari
ayat suci al-Quran yang hanya merupakan anggapan-anggapan yang tidak berdalil
atau bahkan tafsiran/takwil yang bathil.
Wallahu a’lam bishsowab..Yang terpenting adalah kita tetap
selalu menjaga kelestarian al-qur’an dan mengajarkan kepada anak cucu kita dan
mengamalkannya di kehidupan realitas.
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Peringatan Nuzulul Quran. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://pakazi.blogspot.com/2015/07/peringatan-nuzulul-quran.html. Terimakasih atas perhatiannya.