Mengenal Beberapa Kesalahan yang dilakukan seorang Guru dan Jadilah Guru Yang Bisa Memahami Siswa
Assalamu 'alaikum wr.wb jumpa lagi di blog
pakazi yang sederhana ini. Kali ini saya tidak akan menggurui Anda sebagai Bapak/Ibu Guru, tetapi lebih kepada sharingi apa yang telah biasa dilakukan seorang Guru pada umumnya, juga bukan ingin membandingkan kualitas keilmuan karena saya menganggap saya sendiri belum menguasai kaidah Ilmu pendidikan secara mendetil, makanya saya ingin mendapat pengalaman baru dari Bapak /Ibu Guru yang sudah expert.
Adapun Hal-hal yang sering terjadi diantaranya :
1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran
Tugas guru paling utama
adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi
kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa
diatara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan
baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari asumsi itu
keliru asumsi tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan
kreatifitas, sehinga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam
pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Guru
itu seorang profesional, tapi masih banyak guru enggan membuat
persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung
seadanya dan tanpa arah. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru
adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Dengan persiapan
yang terencana baik, maka hasil pembelajaran siswa dapat menggembirakan
semua komponen pembelajaran.”Ingin berhasil dalam mengajar, buat
persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam
film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario
yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa
persiapan yang benar.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan
pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai
suatu system, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan
menggangu seluruh system tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu
membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan
pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan
perkembangan zamannya. Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan
merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat
merugikan perkembangan peserta didik.
2. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta
didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang
secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian
yang negative akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang
jika mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika kurang
diperhatikan. Namun sayang kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman
yang keliru tentang mengajar, mereka menganggap mengajar adalah
menyampaikan materi kepada peserta didik, mereka juga menganggap
mengajar adalah memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Tidak
sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta
didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik, dan
tidak membuat masalah. Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku
positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera memberi
hadiah atas prilaku tersebut dengan pujian dan perhatian, disisi lain,
guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negative,
dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut agar agar tidak terulang
kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku peserta negative,
misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan pujian kepada
mereka karena tidak melakukan perilaku negative tersebut.
3. Menggunakan Destructive Discipline
Seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta
didik diluar kelas (PR), namun jarang sekali guru yang mengoreksi
pekerjaan peserta didikdan mengembalikannya dengan berbagai komentar,
kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami
peserta didik adalah gru sering memberikan tugas , tetapi tidak pernah
member umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan
tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang
destruktrif, yang sangat merugikan perkembangan peserta didik.
4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki
kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar
belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan lingkungan,
membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi,
dan kompetensinya.
Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan
individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi
cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik
umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga
harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang
harus diarahkan kembali.
5. Merasa Paling Pandai
Kesalahan ini
berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik
disekolahnya relative lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa
bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta
didik dipandang sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya.
Perasaan ini sangat menyesatkan , karena dalam kondisi seperti sekarang
ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media
massa, yang mungkin guru belum menikmatinya. Dalam hal ini guru harus
menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi
dimasyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan kereta, bahkan disebut
guru ortodok.
6. Diskriminatif
Pembelajaran yang baik dan
efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan
merata, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.
Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak
peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang
tidak adil, sehingga merugikan perkembangna peserta didik, dan ini
merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan, terutama dalam
penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada
peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memeberikan penilaian harus
dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari perilaku
peserta didik.
7. Memaksa hak peserta didik Memaksa hak peserta
didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat
dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja memiliki
pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi
haknya, tetapi tindakan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk
membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru.
Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang
tua yang tidak mampu.
Tentunya kesalahan-kesalahan di atas patut
kita hindari meskipun tentunya sebagai manusia sulit rasanya untuk
menghindar seratus persen dari kesalahan sebagaimana disebutkan di atas.
Sebagai seorang guru kita juga jangan berlindung kepada sifat-sifat
kemanusiaan kita untuk tidak mau merubah perilaku-perilaku yang
cenderung merugikan siswa. Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang
lain, yang bisa berakibat pada kegagalan siswa dalam belajar. Kata
kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka di
situlah guru perlu melakukan introspeksi: sudah benarkah yang dia
lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia lakukan untuk
memperbaiki keadaan? Jadi, guru harus selalu belajar.Ya, belajar dari
buku, belajar dari teman, belajar dari murid, dan belajar dari dirinya
sendiri.
Beberapa kesalahan seorang Guru
31 Kesalahan seorang guru dalam pembelajaran. Sadar atau
tidak sadar, hal ini wajib dihindari oleh para guru agar tidak
“mencederai” proses belajar dan tentunya tidak memberikan pengaruh buruk
bagi siswa. Berikut 31 hal tersebut :
1. Duduk di atas meja sewaktu proses pembelajaran.
2. Guru Sering Terlambat
3. Guru Sering Mengantuk Ketika Mengajar
4. Guru Yang suka menyuruh siswa untuk mencatat materi dan meninggalkan kelas dengan dalih ada ijin/keperluan
5. Guru yang temperamental (sering memarahi siswa baik itu kesalahan kecil maupun besar)
6. Guru yang suka ringan tangan
7. Guru yang hanya menjelaskan dengan berceramah tanpa ada komunikasi aktif, sehingga siswa mengantuk bahkan ada yang tidur
8. Sambil merokok saat mengajar.
9. Makan saat mengajar.
10. Bermain Hp atau Online saat mengajar.
11. Tertidur. Meski jarang terjadi, tapi ternyata hal ini pernah dialami
juga. Biasanya jika sang Guru hanya menyuruh siswanya membaca buku
pelajaran saat pelajaran berlangsung (monoton).
12. Menganggap diri
paling pintar. Banyak yang bilang jika Doktor atau professor itu karena
saking pintarnya sehingga membuat banyak mahasiswa tidak mengerti apa
yang disampaikan kepada mereka. Seorang Guru tidak bisa menjadi seperti
itu, Guru memiliki kewajiban untuk tidak hanya memintarkan diri sendiri
tapi juga siswa-siswanya, sehingga kerendahan hati dan mampu menghargai
kecerdasan dan potensi murid-muanridnya adalah kunci seorang guru yang
hebat.
13. Monoton dalam menyampaikan materi. Indikasinya jika ada siswa yang tertidur saat jam pelajaran berlangsung.
14. Tidak disiplin. Tepat waktu mungkin menjadi hal yang berat bagi
orang Indonesia, ya hal ini semakin parah jika sikap tidak disiplin ini
dicontohkan oleh para Guru.
15. Bolos.
16. Komunikasi tidak efektif.
17. Berpakaian tidak rapi. Kini guru tidak lagi identik dengan sepeda
butut, baju lusuh. Tampil rapi apalagi bagi guru yang mempunyai keadaan
ekonomi yang baik adalah hal wajib.
18. Tidak melakukan evaluasi.
Hal yang unik pernah terjadi, saat seorang guru ternyata memeberikan
nilai kepada siswa yang sudah meninggal dunia, mengindikasikan jika guru
tersebut tidak melakukan evaluasi saat pemberian nilai, tapi dari hasil
abrakadabra…..
19. Membiarkan menyontek.
20. Membocorkan
jawaban ujian. No 13 dan 14 tentu saja akan menyemarakkan generasi
koruptor di negeri ini. Jika kita para guru sepakat bahwa tujuan utama
pendidikan bukanlah nilai (terutama SMK yang mengutamakan kompetensi).
Maka sudah seharusnya pengembangan kreativitas dan potensi anak yang
menjadi agenda utama, bukan membiarkan jalan-jalan pintas yang akan
merusak masa depan mereka yang dilestarikan.
21. Mengubah perolehan nilai. Jangan mengurangi dan melebihkan, objektif saja sesuai kemampuan anak.
22. Memberikan soal yang tidak diajarkan. Jangan membuat stress dan
depresi anak-anak dengan memberikan soal ujian yang tidak pernah mereka
sentuh.
23. Menanamkan permusuhan dan kebencian. Hal yang paling
indah saat menjadi guru, adalah saat kita mampu menanamkan sikap saling
menghormati, menghargai dan cinta pada setiap generasi muda. Amal
Jariyah cui…..
24. Mengajarkan pornografi.
25. Melakukan
pelecehan seksual. Ini mah Naudzubillah, kita para guru itu dipercaya.
Jangan membalasnya dengan melakukan hal-hal seperti nomor 18 dan 19.
26. Tidak perduli terhadap presensi siswa.
27. Diskriminatif. Semua murid itu adalah sama derajatnya di mata kita.
28. Tidak memperhatikan perbedaan individual. Potensi, kekurangan dan kelebihan. Harus dengan jeli dipantau.
29. Gaptek. Saat ini, murid dengan mudah sekali menjadi lebih pintar
dari guru karena kemajuan teknologi. Sehingga tentu saja para guru
tidak boleh ketinggalan, apalagi teknologi dapat mempermudah guru dalam
mempersiapkan bahan, mempermudah penyampaian dan tentu saja dengan hasil
yang lebih maksimal. Persiapkanlah setiap generasi sesuai dengan
zamannya.
30. Mismatch. Disinilah pentingnya kurikullum.
31.
Lupa membaca dan belajar. Dari semua kesalahan-kesalahan di atas,
kesalahan terakhir ini adalah yang paling parah. Jika seorang guru saja
malas belajar, bagaimana mungkin dia bisa menciptakan generasi terbaik?.
Bukankah perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri?
Berikut
adalah lima kesalahan guru ketika mengajar yang bisa mengakibatkan
kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang
benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan ini juga akan berdampak
pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain. Pernahkah Anda mendengar
keluhan seperti ini, “Saya sudah bersungguh-sungguh mengajar kelas ini
tetapi hasilnya sangat mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini
lho, sudah dijelaskan berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua
contoh keluhan tersebut menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan
berpikir egosentris, hanya menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru
itu, dia sudah mengajar dengan sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan
berkali-kali. Dia tidak berpikir tentang masalah yang dihadapi oleh
siswa ketika mengikuti pembelajaran sehingga tidak berhasil.
Jangan-jangan karena guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan
bahasa yang mudah dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan
kinestetik tetapi tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru
tidak acceptable bagi siswa?
Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap
Perubahan Suasana Kelas. Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya
seorang guru mengendalikan kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar
proses pembelajaran berjalan lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas
berbagai karakter. Oleh karena itu harus diupayakan agar karakter yang
beragam itu dapat diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi
pembelajaran yang enak dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum).
Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati, artinya
bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk saling
membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu. Dengan
demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh ketidakpekaan
guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas mengalihkan
perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru sehingga
konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang tidak
tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal ini
tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa
berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait dengan manajemen kelas.
Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif
(guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan),
“Anak-anak, awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya.
Kalau kamu tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan
nilai dari bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini,
“Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah
bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi, ketika
kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa yang kita
maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau
anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja,
“Anak-anak, lihat ini!” dan semacamnya.
Kesalahan #4. Mengajar Tanpa
Persiapan. Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang
teman yang berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat
persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam
film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario
yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa
persiapan yang benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat
persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung
seolah tanpa arah. Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu
ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan
pembelajaran secara benar. Saya percaya Anda akan memperbaiki kesalahan
Anda dalam mengajar (kalau kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang
benar), sehingga hasil pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan
semua komponen (yang terkait dengan pembelajaran Anda).
Kesalahan
#5. Tidak Melakukan Evaluasi Menyeluruh. Evaluasi pembelajaran harus
dilakukan secara menyeluruh. Kalau Anda pernah membuat skripsi tentang
penelitian kuantitatif, Anda pasti ingat bahwa instrumen yang Anda
gunakan harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi
pembelajaran pun sebetulnya harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen evaluasi harus valid dan reliable. Tetapi untuk bahasan ini,
kita tidak akan sedetail ketika menyusun skripsi. Arti menyeluruh di
sini adalah bahwa penyusunan soal evaluasi pembelajaran minimal harus
mencakup bentuk-bentuk seperti: pilihan ganda, isian, jawaban singkat.
Tidak hanya pilihan ganda saja, atau isian saja. Materinya meliputi
seluruh materi yang diajarkan (minimal satu kompetensi dasar).
Sekali lagi, pendapat di atas hanya berdasarkan pengalaman pribadi
penulis. Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang lain, yang bisa
berakibat pada kegagalan siswa dalam belajar. Anda pun dapat
menginventarisasi kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan ketika mengajar
atau kesalahan teman-teman sejawat.
Kata kuncinya: Apabila terdapat
kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka di situlah guru perlu melakukan
introspeksi: sudah benarkah yang dia lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa
yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan? Jadi, guru harus
selalu belajar.
Ya, Awali niat mengajar dengan Bismillah Lillahi Ta'ala, "saya berangkat mengajar untuk mendidik anak bangsa selayaknya saya mengajar dan mendidik anak kandung saya". Kalo sudah ada statement sperti ini kayaknya guru siapapun pasti ikhlas dalam mengajar. dan hasilnya pun maksimal. Maka sayangilah murid anda selayaknya menyayangi anak anda sendiri, saya merasakan hal ini benar2 terjadi. Kemudian belajar dari buku, belajar dari teman, belajar dari murid, dan belajar dari dirinya sendiri. Semoga bermanfaat.
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Sharing Kebiasaan Guru di Kelas. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://pakazi.blogspot.com/2015/07/sharing-kebiasaan-guru-di-kelas.html. Terimakasih atas perhatiannya.